Jakarta – Pemerintah Amerika Serikat (AS) pada awal April 2025 mengumumkan kebijakan tarif resiprokal atau timbal balik terhadap sejumlah negara mitra dagangnya, termasuk Indonesia.
Kebijakan tersebut telah memicu dinamika baru dalam hubungan perdagangan internasional, sekaligus menimbulkan kekhawatiran terhadap stabilitas ekspor nasional.
Menyikapi hal tersebut, Pemerintah Indonesia segera merespons secara cepat dan terkoordinasi. Indonesia tidak hanya menyatakan sikap tetapi juga menyampaikan proposal konkret kepada Pemerintah AS, dengan mengusung semangat kerja sama bilateral yang adil dan saling menguntungkan.
Indonesia merespons cepat. Kita berkirim surat kepada Pemerintah Amerika, baik itu ke USTR, ke US Commerce, bahkan terakhir kepada US Treasury. Dan reach out Indonesia ternyata direspons positif oleh Amerika. Sehingga Indonesia menjadi salah satu negara pertama yang diundang untuk dijadwalkan perbicaraan dengan Amerika,” tutur Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto pada agenda “Investor Daily Roundtable: Trump’s Trade Trap?” yang diselenggarakan oleh B Universe di the Westin Jakarta, Rabu, 30 April 2025, dikutip dari keterangan resmi, Kamis (1/5/2025).
Menko Airlangga mengungkapkan sejak awal pengumuman kebijakan tersebut, Pemerintah telah melakukan komunikasi lintas negara dan memperkuat posisi ASEAN dalam menanggapi isu ini secara kolektif. Indonesia secara aktif menjalin komunikasi dengan berbagai negara mitra strategis termasuk Malaysia, Singapura, Uni Eropa, Inggris, dan China, serta melakukan diplomasi intensif dengan pihak Amerika Serikat.
Pada kesempatan tersebut, Menko Airlangga juga menyebutkan Indonesia telah mengambil sejumlah langkah antisipatif, termasuk menyusun paket kebijakan dan membentuk satuan tugas khusus. Respons cepat Indonesia ini telah diapresiasi oleh AS dan memberikan Indonesia keuntungan sebagai early mover.