Jakarta Pengamat ekonomi dari Indonesia Strategic and Economic Action Institution, Ronny P. Sasmita, menilai fenomena Rojali (Rombongan Jarang Beli) dan Rohana (Rombongan Hanya Nanya) bukan sebagai penanda melemahnya konsumsi, melainkan sebagai hasil dari perubahan perilaku konsumen pasca pandemi.
Kedua istilah ini digunakan untuk menggambarkan perilaku konsumen yang datang ke pusat perbelanjaan atau toko, namun tidak melakukan transaksi. Banyak pelaku usaha mengeluhkan meningkatnya jumlah “pengunjung tanpa belanja” ini.
Namun menurut Ronny, justru konsumen kini lebih berhati-hati, selektif, dan cenderung melakukan survei harga sebelum membeli.
Perkara Rojali dan Rohana, dalam hemat saya, hanya sebagai fenomena akibat perubahan customer behavior saja. Bahkan di sektor informal, penjualan membaik, kata Ronny, dikutip www.wmhg.org dari keterangan tertulisnya, Senin (11/8/2025).
Ia menambahkan bahwa pola konsumsi masyarakat mengalami penyesuaian seiring meningkatnya literasi digital dan akses informasi harga.
Meski fenomena Rojali dan Rohana mencuat, data menunjukkan bahwa sektor informal justru mengalami perbaikan. Sementara itu, sektor ritel modern secara umum juga tidak menunjukkan tekanan berarti.
Data penjualan ritel dari Bank Indonesia masih terpantau stabil, menunjukkan bahwa konsumsi rumah tangga masih berjalan, meskipun dengan pola dan preferensi yang berbeda dari masa pra-pandemi.
Di sektor ritel, secara umum tak terjadi tekanan berarti. Hal itu bisa dilihat dari data penjualan ritel dari Bank Indonesia yang masih terpantau stabil, ujarnya.