Jakarta – Kesenjangan ekonomi di Amerika Serikat (AS) mencapai titik yang semakin mengkhawatirkan. Berdasarkan laporan terbaru Oxfam America, total kekayaan kolektif 10 miliarder teratas AS melonjak tajam sebesar USD 698 miliar hanya dalam waktu satu tahun.
Laporan ini bukan sekadar mencatat peningkatan harta, tetapi juga memperlihatkan realitas yang kontras antara segelintir orang superkaya dan jutaan warga Amerika yang masih hidup dalam keterbatasan.
BACA JUGA:Badai PHK di AS: Benarkah karena AI Jadi atau cuma Jadi Kambing Hitam?
BACA JUGA:Shutdown Pemerintahan AS Pecahkan Rekor Terlama, Dampaknya Meluas
BACA JUGA:Profil Zohran Mamdani, Muslim Pertama yang Jadi Wali Kota New York City
BACA JUGA:Zohran Mamdani Ukir Sejarah sebagai Wali Kota Muslim Pertama di New York
BACA JUGA:Korea Selatan Berambisi Masuk Tiga Besar Kekuatan AI Dunia, Genjot Anggaran Lebih dari Tiga Kali Lipat
Dikutip dari Guardian, Rabu (5/11/2025), ketimpangan ini mencerminkan bahwa pertumbuhan ekonomi AS kini semakin terkonsentrasi pada elite bisnis dan keuangan, sementara mayoritas masyarakat kelas menengah dan bawah justru tertinggal jauh.
Oxfam menegaskan bahwa lonjakan kekayaan ini bukan semata hasil kerja keras atau inovasi para miliarder, melainkan buah dari kebijakan ekonomi dan pajak yang selama puluhan tahun secara sistematis menguntungkan kalangan kaya.
Penurunan tarif pajak untuk korporasi besar, pelemahan serikat pekerja, serta minimnya jaring pengaman sosial membuat kesenjangan terus melebar.
Akibatnya, Amerika Serikat kini menghadapi situasi di mana segelintir orang menguasai kekayaan dalam skala luar biasa, sementara lebih dari 40 persen penduduk hidup dengan pendapatan rendah dan kesulitan memenuhi kebutuhan dasar seperti perumahan, pendidikan, dan layanan kesehatan.
Fenomena ini memunculkan perdebatan serius di kalangan ekonom dan pembuat kebijakan. Banyak pihak menilai bahwa arah kebijakan fiskal AS, terutama sejak reformasi pajak era Donald Trump tahun 2017, telah mempercepat akumulasi kekayaan di tangan para miliarder.
Sementara itu, lapisan masyarakat bawah dan pekerja bergaji rendah harus berjuang menghadapi inflasi, biaya hidup yang melonjak, dan akses ekonomi yang kian terbatas. Oxfam menyebut kondisi ini sebagai “krisis ketimpangan” yang berpotensi mengancam stabilitas sosial dan politik Amerika Serikat dalam jangka panjang.




:strip_icc()/kly-media-production/medias/3617285/original/012275200_1635503742-20211029-Neraca-perdagangan-RI-alamai-surplus-ANGGA-3.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/4970670/original/014056700_1729065899-pellets-surface.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/2833304/original/055774200_1561020095-20190619-BI-Tahan-Suku-Bunga-Acuan-6-Persen6.jpg)






:strip_icc()/kly-media-production/medias/5387410/original/089654800_1761040477-pan4.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5402538/original/003665800_1762250628-IMG-20251104-WA0006.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/2959704/original/057857100_1573025191-Pekerja_Pabrik_Tekstil_2.jpeg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5168919/original/084021000_1742468816-673_x_373_rev__5_.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/2755423/original/034848800_1552987923-20190319-IPC-Menuju-Trade-Facilitator-Johan2.jpg)