Jakarta – Harga minyak berjangka melonjak lebih dari 2% pada awal sesi perdagangan pertama sejak Amerika Serikat (AS) melancarkan serangan langsung terhadap Iran. Amerika serang Iran membayangi prospek pasokan di kawasan Timur Tengah yang kaya minyak.
Mengutip CNBC, Senin (23/6/2025), harga minyak mentah AS pada Minggu malam waktu setempat naik USD 1,76 atau 2,38% menjadi USD 75,60 per barel. Sedangkan harga minyak Brent bertambah USD 1,8 atau 2,34% menjadi USD 78,81 per barel. Harga minyak Brent telah naik 5,7% hingga menembus posisi USD 81 sebelum melemah.
Pada Sabtu pekan lalu, Presiden AS Donald Trump mengejutkan pasar dengan pengumuman Washington secara langsung memasuki konflik Iran-Israel, melancarkan serangan terhadap tiga lokasi nuklir Iran di Fordo, Natanz dan Isfahan.
S&P Global Platts menyatakan, investor sekarang melihat bagaimana Iran akan menanggapi serangan AS yang belum pernah terjadi sebelumnya. Menteri luar negeri Iran mengatakan pada Minggu, Ira memiliki semua opsi untuk mempertahankan kedaulatannya. Kenaikan awal harga minyak dapat mereda jika Iran tidak menanggapi.
Selat Hormuz
Skenario terburuk untuk pasar minyak adalah upaya Iran untuk menutup Selat Hormuz, menurut analis energi. Sekitar 20 juta barel minyak mentah per hari, atau 20% dari konsumsi global, mengalir melalui selat tersebut pada tahun 2024, menurut Badan Informasi Energi.
Media pemerintah Iran melaporkan parlemen Iran telah mendukung penutupan selat tersebut, mengutip seorang anggota parlemen senior. Namun, keputusan akhir untuk menutup selat tersebut berada di tangan dewan keamanan nasional Iran, menurut laporan tersebut.