Jakarta – Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung membuka peluang pengembangan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) dengan sejumlah negara. Mulai dari Amerika Serikat hingga Korea Selatan.
Kita sudah punya MoU (Nota Kesepahaman) dengan beberapa negara, kata Yuliot, ditemui di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Pangan, Jakarta, Selasa (15/7/2025).
Dia menuturkan, Indonesia telah menandatangani MoU pengembangan PLTN dengan Amerika Serikat (AS), Kanada, Argentina, Rusia, China, dan Korea Selatan (Korsel).
Proses selanjutnya, pemerintah akan melihat penggunaan teknologi dari beberapa negara tersebut.
Jadi nanti kita akan lihat mana teknologi yang lebih advance dan juga sebagai provider teknologi sudah cukup, ucap dia.
Sebelumnya, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menyarankan pengembangan PLTN dengan Kanada dan Korea Selatan.
Usulan Kadin
Wakil Ketua Umum Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral Kadin Indonesia Aryo Djojohadikusumo mengatakan, kerja sama pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Indonesia lebih prospektif jika dijalin dengan Korea Selatan dan Kanada.
Menurut Aryo, kerja sama PLTN dengan Kanada dan Korea Selatan lebih aman dari konteks geopolitik dan ekonomi global di tengah dinamika global saat ini serta ancaman perang tarif yang dilancarkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Ada teknologi yang sangat menarik dari Kanada dan Korea. Menurut saya ini jauh lebih diterima pemerintah Presiden Donald Trump,” kata Aryo dalam acara Energi Insights Forum, Unpacking Indonesia’s New RUPTL: Policy and Market Implication di Jakarta, mengutip Antara, Rabu, 9 Juli 2025.