Jakarta Kemiskinan struktural menjadi salah satu permasalahan yang dihadapi sejumlah negara berkembang, termasuk Indonesia. Sebagai informasi, kemiskinan struktural merujuk pada kondisi di mana individu terjebak dalam lingkaran kemiskinan yang sistemik.
Hal ini terjadi akibat dari faktor-faktor yang lebih dalam, seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil, diskriminasi dan ketidaksetaraan dalam akses terhadap sumber daya.
Ekonom sekaligus Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudistira mengungkapkan bahwa terdapat 4 penyebab terjadinya kemiskinan struktural di Indonesia.
Pertama, adanya konsentrasi kekayaan di tangan segelintir orang. Bhima mengutip data Celios yang menunjukkan bahwa kekayaan 50 orang terkaya di Indonesia setara dengan 50 juta orang.
“Semakin tajam konsentrasi kekayaan maka kemiskinan struktural nya tinggi, karena sumber daya ekonomi tidak merata,” ungkap Bhima kepada www.wmhg.org di Jakarta, Selasa (6/5/2025).
Korupsi Jadi Penyebabnya
Penyebab kedua, adalah besarnya kasus korupsi terutama di anggaran infrastruktur dan perlindungan sosial.
“Ketiga, matinya meritrokrasi di semua lini. Anak orang miskin yang punya pendidikan tinggi belum tentu bisa membawa keluarga nya keluar dari kemiskinan. Jadi korelasi antara pendidikan dengan kemiskinan tidak sejalan di Indonesia. Ini karena banyaknya lowongan kerja berdasarkan titipan orang dalam atau nepotisme,” Bhima melanjutkan. Keempat, Bhima menyebut, redistribusi kekayaan yang tidak memiliki sumber yang jelas menjadi salah satu penyebab terjadinya kemiskinan struktural.
“Indonesia belum punya regulasi yang mengatur pajak kekayaan atau wealth tax. Selain itu tidak ada regulasi spesifik menahan spekulasi tanah, sehingga orang miskin tetap miskin karena tidak punya tanah,” bebernya.