Jakarta Pecahnya ketegangan militer antara Iran dan Israel di Timur Tengah menimbulkan kekhawatiran di pasar global, terutama terkait risiko ekonomi yang dapat ditimbulkan terhadap arus masuk dan keluar perdagangan di kawasan tersebut.
Perang Iran-Israel juga telah memicu kekhawatiran tentang gangguan di Selat Hormuz, di mana dekitar seperlima dari total konsumsi minyak dunia.
Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira mencatat bahwa harga minyak pentah langsung naik 7% ketika terjadi eskalasi konflik Israel-Iran.
“Di sisi lain permintaan untuk barang-barang dari industri pengolahan melemah. Hal ini yang (menimbulkan risiko) perdagangan global menurun,” ungkap Bhima kepada www.wmhg.org di Jakarta, dikutip Kamis (19/6/2025).
Lebih lanjut Bhima mengatakan, situasi yang tidak berimbang itu membuat dunia usaha tertekan.
“Sehingga perlambatan ekonomin makin terasa dan diproyeksikan memang pertumbuhan ekonomi global hanya 2-2,3% di tahun 2025,” bebernya.
Ekonomi Iran Vs Israel
Tak hanya perekonomian dunia, kondisi ekonomi Iran dan Israel juga menjadi perhatian.
Melansir Statista, Jumat (20/6/2025), sebelum terjadinya perang dengan Israel, Produk domestik bruto (PDB) Iran tercatat sekitar USD 401,36 miliar (Rp6,5 kuadriliun) pada tahun 2024.
Dari tahun 1980 hingga 2024, PDB Iran telah meningkat menjadi sekitar 305,51 miliar USD (Rp 5 kuadriliun), meskipun peningkatan tersebut mengikuti lintasan yang tidak merata daripada tren kenaikan yang konsisten.
Adapun PDB Israel di tahun 2025 yang mencapai USD 583 miliar. Negara itu telah melihat PDB-nya tumbuh 1,6% pada tahun 2024 lalu, serta PDB per kapita mencapai USD 57.379 di tahun 2025.