Jakarta – Perdana Menteri Skotlandia, John Swinney, menyatakan ada “peluang nyata” tercapainya kesepakatan dagang khusus untuk produk scotch whisky dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Hal ini terjadi usai PM Skotlandia tersebut bertemu dengan Trump di Gedung Putih.
Swinney menegaskan bahwa pemerintah Inggris selama ini belum cukup serius menempatkan wiski sebagai prioritas dalam perundingan perdagangan. Namun, ia mengklaim berhasil mengangkat situasi tersebut ke meja Trump sejak musim panas lalu.
Pemerintah Skotlandia tengah mengupayakan pengurangan atau penghapusan tarif impor 10 persen untuk wiski yang masuk ke pasar AS. Menurut industri, beban pajak itu merugikan bisnis hingga Poundsterling 4 juta per minggu.
Meski demikian, BBC melaporkan bahwa pemerintah Inggris sendiri juga sedang membicarakan soal penurunan tarif wiski sebagai bagian dari negosiasi dagang yang lebih luas dengan AS.
“Minat terhadap wiski Skotlandia di AS dan seluruh dunia sangat besar. Strategi perdagangan kami akan membantu perusahaan Skotlandia menjual lebih banyak produk ke pasar baru sebagai bagian dalam ‘Plan for Change’,” ujar juru bicara pemerintah Inggris dikutip dari BBC, Kamis (11/9/2025).
“Kami terus bekerja sama dengan AS agar kesepakatan penting ini bisa segera terlaksana, kata dia.
Bertemu 50 Menit
Selama kunjungannya ke Washington DC, Swinney bertemu Trump selama 50 menit di Ruang Oval. Topik pembicaraan tidak hanya seputar wiski, tetapi juga mencakup konflik di Gaza dan serangan udara Israel ke Qatar.
Setelah kembali ke Edinburgh, Swinney mengatakan bahwa wiski tidak ada di radar Trump saat berkunjung ke Skotlandia Juli lalu.
“Saya menyelesaikan itu musim panas ini, dan sekarang isu wiski mendapat perhatian yang seharusnya,” kata Swinney.
Ia menegaskan, “Kesepakatan lebih baik untuk wiski tadinya tidak ada dalam agenda – sekarang sangat jelas ada. Namun keputusan akhirnya ada di tangan pemerintah Inggris. Mereka yang harus melanjutkan negosiasi detail agar kesepakatan bisa tercapai.”
Meski optimis, Swinney mengingatkan Trump adalah sosok yang “percaya pada tarif” sehingga pembicaraan tidak akan mudah. Namun ia tetap menilai ada peluang besar kesepakatan bisa diraih.