Jakarta Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) menguasai aset jumbo dari 844 perusahaan pelat merah. Besaran aset kelolaan ini digadang menyaingi supeeholding BUMN asal Singapura, Temasek.
Aset jumbo tak jadi satu-satunya ukuran Danantara setara dengan Temasek atau Khazanah Nasional dari Malaysia. Tapi, perlu dibarengi dengan tata kelola yang baik. Pada aspek ini, diperlukan waktu lebih lama bagi Danantara yang baru seumur jagung.
Jadi saya pikir, butuh waktu untuk menyaingi Temasek dari sisi profesionalisme, dari sisi keahlian berinvestasi, dari sisi mungkin governance terutama yang dipertanyakan oleh orang-orang, itu butuh waktu, kata Ekonom Indonesia Strategic And Economic Action Institution (ISEAI) Ronny P Sasmita, kepada Rabu (30/4/2025).
Dia menjelaskan, beberapa faktor mempengaruhi tata kelola dalam Danantara, termasuk keputusan politik. Oleh karenanya, pembenahan tata kelola yang seragam di setiap BUMN dalam manajemen Danantara juga dipandang butuh waktu.
Karena kita tahu unsur politiknya sangat kuat dan itu butuh waktu untuk melakukan pembenahan, dan tidak cukup mungkin dalam satu prioritas pemerintahan aja mungkin akan butuh waktu, makanya juga masalah corporate culture dan governance ini kan, masalah corporate culture, political culture, dan lain-lain gitu, tuturnya.
Danantara yang telah memiliki 844 induk, anak, cucu, dan cicit usaha BUMN digadang menguasai aset hingga mendekat USD 1 triliun. Angka ini akan dibuktikan dengan tata kelola yang baik, apakah menjadi aset yang produktif atau tidak.
Kalau aset ya ini kan nominal angka doang, tapi apakah asetnya nanti akan produktif, antara Temasek atau kita itu kan nanti tergantung dari realisasinya nanti, ucap dia.
Nah, apakah Danantara secara governance lebih baik daripada Temasek juga nanti akan kita buktikan, apakah lebih transparan, apakah bisa dipertanggungjawabkan, apakah dijamin tidak ada korupsi, tidak ada kolusi, tidak ada intervensi, itu kan nanti kita tunggu, imbuh Ronny.