Jakarta Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) resmi mengelola 844 Badan Usaha Milik Negara (BUMN), termasuk anak, cucu, hingga cicit usaha.
Namun, besarnya skala pengelolaan ini belum tentu serta-merta meyakinkan investor.
Ekonom dari Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Yusuf Rendy Manilet, menilai bahwa besarnya aset kelolaan Danantara tidak otomatis meningkatkan kepercayaan investor, terutama investor asing.
Meski di atas kertas daya tawar Danantara meningkat, menurutnya banyak aspek lain yang juga diperhatikan oleh investor.
“Secara teoretis, daya tawar Danantara memang meningkat. Tapi apakah itu otomatis membuat investor yakin? Tidak sesederhana itu. Investor, khususnya institusi global, tidak hanya melihat nilai aset,” ujar Yusuf saat dihubungi www.wmhg.org, ditulis Rabu (29/4/2025).
Ia menekankan bahwa tata kelola yang transparan, manajemen profesional, serta arah strategis yang jelas menjadi faktor krusial bagi para investor. Tantangan besar justru terletak pada penguatan aspek-aspek tersebut.
“Mereka mencari governance yang transparan dan manajemen yang profesional. Ini menjadi tantangan utama bagi Danantara,” lanjutnya.
Waspada Intervensi Politik
Yusuf juga menyinggung soal potensi intervensi politik dalam pengelolaan aset. Menurutnya, investor akan mempertanyakan sejauh mana Danantara bisa menjaga independensinya dari kepentingan politik.
“Apakah Danantara bisa menunjukkan tata kelola yang setara atau bahkan lebih baik dari sebelumnya? Apakah ada jaminan bahwa pengelolaan aset akan berlandaskan kepentingan komersial, bukan sekadar intervensi politik atau birokrasi? Ini pertanyaan mendasar yang akan muncul di benak investor,” jelasnya.