Jakarta Berawal dari ide sekelompok pemuda di Cipendawa, Pacet, Kabupaten Cianjur, Faber Instrument Indonesia lahir pada 2018 dengan misi mulia yaitu memberi nilai baru pada limbah kayu. Fokus di bidang kerajinan kayu jati bersertifikasi, brand ini menghadirkan produk ikonis Wooden Radio “Vintage Return”, radio kayu dengan beragam desain unik yang menggabungkan estetika klasik dan teknologi terkini.
Wooden Radio Vintage Return menawarkan perpaduan unik antara seni kerajinan kayu dan elemen elektronik, yang memadukan estetika vintage dengan fungsionalitas kontemporer. Produk ini tidak hanya melestarikan nilai-nilai warisan masa lalu tetapi juga menggabungkan fitur-fitur modern.
Faber Instrument Indonesia lahir dari sekelompok pemuda dengan berbagai keahlian, mulai dari elektronika hingga seni pahat. Awalnya, kami hanya iseng mencoba memperbaiki sebuah radio jadul peninggalan nenek, lalu memodifikasinya dengan kayu jati bekas. Dari situlah, kami melihat peluang untuk meningkatkan nilai jual limbah kayu jati dengan cara yang unik dan anti-mainstream. Kami tidak hanya membuat produk dengan ukiran seni, tetapi juga menggabungkannya dengan teknologi modern, ujar Devasari Rahmawati, CEO Faber Instrument Indonesia saat mengikuti pameran BRI UMKM EXPO(RT) 2025 yang berlangsung di ICE BSD, Tangerang, Kamis, (30/1/2025).
Selain dapat menerima gelombang FM, Wooden Radio Vintage Return juga mendukung mode USB dan Bluetooth untuk memutar musik, menawarkan nostalgia dan kenyamanan dalam satu perangkat. Desainnya yang menarik membuat radio ini dapat berfungsi sebagai dekorasi rumah yang memberikan kesan minimalis klasik di sudut ruangan.
Dukungan sumber daya yang ada, mendorong Faber Instrument Indonesia untuk menjadikan bisnis Wooden Radio Vintage Return sebagai bagian dari upaya pelestarian lingkungan sekaligus pemberdayaan masyarakat setempat.
“Dari segi desain, kami sengaja membuat radio dengan bentuk oval yang modern, bukan runcing. Tujuannya untuk mencegah peniruan sekaligus menunjukkan bahwa produk kami bukan hanya hasil mesin, tetapi juga hasil karya tangan manusia
Devasari menjelaskan pihaknya menggunakan kayu jati Indonesia dikenal sebagai yang terbaik, memadukannya dengan anyaman rotan. Proses anyaman melibatkan pemberdayaan para ibu-ibu di sekitar workshop.
Industri pengolahan limbah kayu jati kami telah terverifikasi. Kami menggunakan SPLK (Sistem Verifikasi Legalitas Kayu) untuk memastikan bahwa kayu yang kami ekspor ke luar negeri berasal dari sumber yang legal dan bukan hasil penebangan liar (illegal logging). Selain itu, kami juga menggunakan limbah kayu jati dari Perhutani, jelasnya.