Jakarta – Aset kripto diprediksi masih berpeluang menguat meski terbatas. Seiring hal itu, pelaku pasar dinilai dapat memanfaatkan trading jangka pendek.
Demikian disampaikan Co-founder CryptoWatch dan pengelola channel Duit Pintar Christoper Tahir, seperti dikutip dari Antara.
Ia memprediksi masih ada ruang penguatan harga kripto namun cenderung terbatas pada semester II-2025, di tengah mulai meredanya perang dagang dan potensi pelonggaran moneter di tingkat global.
“Masih ada ruang untuk berlanjut (menguat), namun akan cenderung terbatas. Gunakan momentum untuk trading jangka pendek,” tutur Christopher kepada Antara, seperti dikutip Sabtu (26/7/2025).
Ia menuturkan, sentimen terhadap kripto saat ini masih seputar potensi pelanggaran moneter oleh bank sentral, meskipun kesepakatan perang dagang global masih menjadi ancaman.
Christopher menilai, ada tekanan bagi bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve (The Fed) untuk memangkas tingkat suku bunga acuannya, di tengah masih adanya kekhawatiran terhadap potensi meningkatnya kembali inflasi akibat kebijakan tarif resiprokal Presiden AS Donald Trump.
“Untuk saat ini masih minim katalis pendorong, sedangkan pasar lebih memilih pasar yang konvensional untuk berinvestasi,” ujar Christopher.
Pada Jumat, 25 Juli 2025 pukul 18.05 WIB, terpantau harga aset kripto terbesar di dunia yaitu Bitcoin berada di level USD 116.454 per koin atau setara Rp1,90 miliar per koin (kurs Jisdor Rp16.325 per dolar AS).
Di sisi lain, Ethereum sebagai kripto terbesar kedua berada di level USD 3.726 per koin atau setara Rp60,83 juta per koin (kurs Jisdor Rp16.325 per dolar AS).