Jakarta – Konsumen dan bisnis makin ramai memakai stablecoin, token digital yang dipatok terhadap dolar Amerika Serikat (AS) untuk pembelian dan pembayaran. Pemakaian stablecoin ini berada di jalur yang semakin cepat sejak disahkannya undang-undang AS pertama yang mengatur kripto tersebut sejak Juli 2025.
Mengutip Yahoo Finance, Minggu (26/10/2205), berdasarkan laporan Artemis, penyedia data blockchain, lebih dari USD 10 miliar atau Rp 166,39 triliun (asumsi kurs dolar AS terhadap rupiah di kisaran 16.639) ditransfer melalui stablecoin pada Agustus untuk barang, jasa dan transfer naik dari USD 6 miliar atau Rp 99,83 triliun pada Februari dan volume lebih dari dua kali lipat sejak Agustus 2024.
BACA JUGA:China Cegah Raksasa Teknologi Terbitkan Stablecoin di Hong Kong
BACA JUGA:Kesalahan Teknis, Mitra Kripto PayPal Tak Sengaja Cetak Stablecoin USD 300 Triliun
BACA JUGA:Bank of America hingga Goldman Sachs Jajaki Stablecoin
Peneliti Artemis, dengan laju ini, pembayaran stablecoin dapat mencapai USD 122 miliar atau Rp 2.030 triliun dalam setahun.
Pertumbuhan ini menyusul penandatanganan Undang-Undang Genius oleh Presiden AS Donald Trump menjadi undang-undang pada 18 Juli 2025 yang menetapkan peraturan federal bagi penerbit stablecoin dan mewajibkan mereka untuk mendukung token dengan aset sangat likuid seperti surat utang negara.
Pembayaran stablecoin meski berkembang pesat, jumlahnya masih sangat kecil dibandingkan dengan sistem tradisional. Dengan laju tahunan sebesar USD 122 miliar, pembayaran stablecoin mewakili sebagian kecil dari volume pembayaran konvensional. Namun, hal ini memberikan optimisme bagi para pendukung stablecoin tentang prospek pertumbuhan instrumen tersebut.
Jika Anda melihat pasokan stablecoin pada tren tertentu, dan kemudian tepat setelah Genius berlalu, tren tersebut semakin berubah,” kata pakar data di Artemis, Andrew Van Aken, mencatat ilustrasi laporan tersebut tentang peningkatan laju pertumbuhan pasokan stablecoin.
“Kami yakin hal itu telah memberikan dampak yang bertahap,”




:strip_icc()/kly-media-production/medias/4816483/original/040342400_1714383611-fotor-ai-20240429134010.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5292909/original/030498400_1753269084-IMG_3773.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/955118/original/044876300_1439461727-20150813-Mata_Uang_Yuan-Jakarta-02.jpg)
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/4956853/original/057474300_1727695047-BRImo_FSTVL.jpg)




:strip_icc()/kly-media-production/medias/5383000/original/098357600_1760612392-4.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/976574/original/043353600_1441279137-harga-emas-6.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5392215/original/098106500_1761406292-c52c01eb-f08c-4585-ac84-c6d7a9114a51.jpeg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/3532280/original/085965300_1628161371-20210805-Harga-emas-alami-penurunan-ANGGA-1.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5392077/original/064818700_1761387812-KA_Purwojaya_anjlok_.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5323738/original/036456100_1755830721-1000073740.jpg)