Jakarta – Dalam kurun waktu empat jam terakhir, pasar mata uang kripto mengalami tekanan besar akibat likuidasi senilai total USD 494 juta atau setara Rp 8,12 triliun (asumsi kurs Rp 16.411 per dolar AS), yang mayoritas berasal dari posisi long. Peristiwa ini menandakan banyak trader memasang ekspektasi harga akan naik, namun kenyataannya justru sebaliknya.
Melansir Coinmarketcap, Senin (23/6/2025), likuidasi besar-besaran ini terjadi di berbagai bursa kripto terpusat seperti Binance, dan dilaporkan secara real-time oleh CoinGlass, salah satu platform pelacak data kripto populer. Meski begitu, hingga kini belum ada tanggapan resmi dari tokoh-tokoh besar di industri, seperti Changpeng Zhao (CZ), Arthur Hayes, maupun Vitalik Buterin.
Data CoinGlass juga mengungkap adanya penurunan minat terbuka (open interest) secara luas di pasar, yang mengindikasikan kehati-hatian pelaku pasar setelah terpukulnya aset utama seperti Bitcoin (BTC) dan Ethereum (ETH). Kedua token ini tercatat menjadi yang paling terdampak dalam periode likuidasi ini.
Fenomena ini kembali menegaskan betapa tingginya volatilitas dan risiko dalam perdagangan kripto, terlebih untuk posisi dengan leverage tinggi. Ketika harga bergerak tidak sesuai arah posisi, sistem otomatis akan menutup posisi tersebut untuk mencegah kerugian lebih lanjut hal inilah yang disebut sebagai likuidasi.