Jakarta – Lubian, perusahaan tambang Bitcoin asal China, ternyata menjadi korban dari salah satu peretasan terbesar dalam sejarah kripto. Peristiwa ini terjadi pada Desember 2020, namun baru terungkap secara luas pada Agustus 2025 melalui laporan dari Arkham Intelligence. Dalam serangan itu, sebanyak 127.426 Bitcoin dicuri. Saat kejadian, nilai kerugian diperkirakan mencapai USD 3,5 miliar, namun melonjak drastis menjadi USD 14,5 miliar mengikuti kenaikan harga Bitcoin.
Dikutip dari Bitcoin.com, Rabu (6/8/2025), Lubian bukan pemain kecil. Pada masa kejayaannya, perusahaan ini menguasai sekitar 6% dari total hashrate Bitcoin global, beroperasi di dua negara besar—China dan Iran. Ketika peretasan terjadi pada 28 Desember 2020, Lubian kehilangan hampir semua cadangan BTC-nya. Serangan lanjutan bahkan terjadi keesokan harinya, dengan pencurian tambahan berupa BTC dan USDT dari sistem pembayaran Omni Layer yang berjalan di atas Bitcoin.
Yang mengejutkan, insiden ini tidak pernah dipublikasikan secara resmi oleh Lubian, membuatnya menjadi peretasan kripto bernilai fantastis yang nyaris hilang dari radar publik dan media selama hampir lima tahun.
Upaya Menyelamatkan Dana
Setelah menyadari adanya serangan siber, pihak Lubian bertindak cepat untuk menyelamatkan sisa dana yang belum dicuri. Pada 31 Desember 2020, Lubian memindahkan aset kripto yang masih tersisa ke dompet pemulihan yang lebih aman. Namun upaya itu dilakukan di tengah kondisi panik dan tekanan besar, mengingat hampir seluruh cadangan perusahaan telah raib.
Yang menarik, Lubian bahkan mencoba menghubungi para peretas. Mereka mengirim pesan langsung melalui transaksi on-chain—sebuah metode yang mengandalkan catatan permanen di blockchain untuk menyampaikan komunikasi. Dalam upaya ini, Lubian menghabiskan sekitar 1,4 Bitcoin dan mengirimkan 1.516 transaksi berbeda ke alamat dompet yang digunakan oleh peretas.
Langkah ini mencerminkan besarnya keputusasaan perusahaan untuk menyelamatkan sebagian aset atau setidaknya membuka jalur negosiasi. Namun, hingga kini belum diketahui apakah pesan-pesan itu pernah mendapat tanggapan. Perusahaan juga tidak pernah mengumumkan hasil investigasi internal atau mengungkap secara resmi adanya peretasan ke publik, yang membuat kasus ini tertutup selama bertahun-tahun.