Jakarta – Inflasi grosir Amerika Serikat (AS) yang melampaui perkiraan membuat ekspektasi penurunan suku bunga The Fed pada September semakin mengecil. Namun, analis menilai pelemahan harga kripto saat ini kemungkinan hanya sementara, karena likuiditas global diperkirakan membaik menjelang akhir tahun.
Mengutip Yahoo Finance, Minggu (17/8/2025), data terbaru menunjukkan Indeks Harga Produsen (PPI) naik 0,9% pada Juli—kenaikan bulanan terbesar dalam lebih dari tiga tahun. PPI inti juga mencatat laju yang sama.
Angka ini membuat para pelaku pasar mengurangi taruhan bahwa The Fed akan segera memangkas suku bunga, sehingga menekan Bitcoin dan Ethereum dari level tertinggi mereka.
Menurut data CoinGecko, Bitcoin anjlok 4,2% ke USD 118.200 atau sekitar Rp 1,88 miliar (kurs Rp 16.170,per USD) dan Ethereum turun 3% ke USD 4.570 atau sekitar Rp 72,6 juta.
Thomas Perfumo, ekonom global Kraken, mengatakan lonjakan PPI telah mengikis keyakinan terhadap peluang pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat. Meski begitu, ia menilai inflasi tinggi justru memperkuat daya tarik aset kripto dengan pasokan terbatas, seperti Bitcoin, yang jumlahnya dibatasi hanya 21 juta koin.
Kepala Analis Kripto Real Vision Jamie Coutts, menambahkan bahwa kondisi makro saat ini berbeda dari siklus historis.
Inflasi kemungkinan tak akan mudah terkendali, sementara pembuat kebijakan mulai mempertimbangkan langkah-langkah non-konvensional, seperti penerbitan obligasi pemerintah yang ditargetkan atau pengendalian kurva imbal hasil.
Coutts memperkirakan pelemahan musiman di September—Bitcoin telah turun dalam enam dari sepuluh September terakhir, dengan penurunan median 4,35%—namun ia optimistis kuartal empat akan diwarnai reli. Pendorongnya antara lain stimulus Tiongkok dan pelemahan dolar AS, yang dapat meningkatkan likuiditas global.
“Tanpa pertumbuhan berkelanjutan, tren ini bisa berbalik. Tapi jika likuiditas bertahan, pasar kripto berpotensi rebound kuat di akhir tahun,” ujarnya.