Jakarta – Harga Bitcoin (BTC) sempat mencatat rekor tertinggi baru pada Senin (11/8/2025) sebelum terkoreksi akibat aksi ambil untung. Nilainya turun ke USD 118.500 atau sekitar Rp 1,93 miliar (kurs Rp16.400/USD), atau 2,8% di bawah puncak intraday di USD 122.200 (Rp 1,99 miliar).
Meski begitu, BTC masih membukukan kenaikan 0,4% dalam 24 jam terakhir.
Ethereum (ETH) stabil di atas USD 4.200 (Rp68,41 juta) dengan kenaikan tipis 0,8%, sementara altcoin besar seperti Solana (SOL), Dogecoin (DOGE), dan Sui (SUI) melemah 3–4%.
Dikutip dari yahoo Finance, Selasa (12/8/2025), analis senior CoinDesk, James Van Straten, menyoroti adanya “celah” harga di pasar berjangka CME. Celah ini muncul karena perbedaan harga penutupan Jumat di USD 117.430 (Rp1,91 miliar) dan pembukaan Senin di USD 119.000 (Rp1,94 miliar). Berdasarkan pola sebelumnya, Bitcoin kerap melemah untuk “mengisi” celah tersebut.
Fokus pasar kini tertuju pada rilis data inflasi Amerika Serikat. Laporan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Selasa (12/8/2025) dan Indeks Harga Produsen (PPI) di akhir pekan diperkirakan menjadi katalis utama pergerakan kripto pekan ini.
Analis Bitfinex memperingatkan potensi peningkatan volatilitas. “Pasar bisa saja mengalami retracement menuju USD 110.000 (Rp1,79 miliar) dalam waktu dekat,” tulis mereka. Menurut Bitfinex, harga kemungkinan akan tetap bergerak dalam rentang tertentu, dipengaruhi oleh sentimen yang sensitif terhadap rilis data makro ekonomi.