Jakarta – iShares Ethereum Trust milik BlackRock telah mencapai USD 10 miliar atau Rp 163,20 triliun (asumsi kurs dolar AS terhadap rupiah di kisaran 16.320) untuk aset kelolaannya, hanya satu tahun setelah peluncurannya.
Mengutip Crypto News, Jumat (25/7/2025), tonggak sejarah ini menjadikan ETHA ETF non-bitcoin tercepat yang mencapai ambang batas itu dan tercepat ketiga secara keseluruhan dalam sejarah ETF AS. Posisi ini hanya di belakang iSare bitcoin, Bitcoin Trust dan FBTC milik Fidelity.
Pembaruan ini dibagikan pada 23 Juli oleh analis ETF Bloomberg Eric Balchunas. Ia menulis di platform X dahulu bernama Twitter menyoroti arus masuk ETHA yang tajam. Ia mengatakan, kalau ETHA berlipat ganda dari USD 5 miliar atau Rp 81,60 triliun menjadi USD 10 miliar atau Rp 163,20 triliun dalam 10 hari.
“ETHA juga berada di antara lima ETF dengan arus masuk teratas dalam jangka waktu satu minggu dan satu bulan,” demikian seperti dikutip.
Meningkatnya minat investor terhadap produk berbasis Ethereum (ETH) dan permintaan institusional telah menjadi pendorong utama pertumbuhan aset ETHA.
ETHA diluncurkan pada awal 2024, setelah disetujui oleh Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat (AS) bersama tujuh ETF Ethereum spot lainnya. BlackRock mengajukan produk ini pada November 2023 dan memilih Coinbase Prime sebagai kustodiannya.
ETF ini mengenakan biaya sponsor 0,25% dan melacak harga pasar Ether, dikurangi biaya dan liabilitas.
ETH Ethereum mengungguli ETF Bitcoin dalam hal laju pertumbuhab, menurut data SoSoValue, ETF Ethereum telah mencatat arus masuk bulanan yang kuat dengan nilai USD 4,7 miliar atau Rp 76,70 triliun. Seiring hal itu, ETHA memimpin dalam hal volume dan tingkat pertumbuhan.