wmhg.org – JAKARTA. Industri alas kaki nasional tengah berada dalam tekanan besar menyusul ancaman kebijakan tarif impor resiprokal dari Amerika Serikat (AS).
Jika kebijakan ini benar-benar diterapkan, ekspor alas kaki Tanah Air ke Negeri Paman Sam terancam terganggu serius.
Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan (Kemendag) Djatmiko Bris Witjaksono menyebut bahwa tarif Most Favoured Nation (MFN) untuk produk alas kaki saat ini berada di kisaran 8%–20%.
Namun dengan tambahan tarif 10%, bea masuk produk Indonesia bisa melonjak menjadi 18%–30%.
Pasar Alternatif Sangat Terbatas
Ketua Umum Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Eddy Widjanarko menyatakan bahwa industri alas kaki saat ini sangat bergantung pada pasar AS.
“Kalau cari pasar selain Amerika itu tidak ada sekarang, semua sepi. Jadi sekarang konsentrasi kami hanya ke Amerika saja. Mudah-mudahan negosiasi dengan AS bisa berjalan lebih baik,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Rabu (23/4).
Menurut data Aprisindo, ekspor alas kaki Indonesia ke AS menyumbang 24%, sementara ekspor ke kawasan Eropa menyumbang 26% dari total ekspor nasional.
Selebihnya, menurut Eddy, pasar-pasar lain seperti Timur Tengah dan Afrika sudah lebih dulu dikuasai oleh China dan Vietnam.
“Artinya pasar alas kaki Indonesia untuk negara lain selain Amerika dan Eropa itu boleh dikatakan hampir tidak ada,” tegas Eddy.
Dengan situasi ini, Eddy mendorong agar perundingan Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA) bisa segera dirampungkan. Perjanjian ini dinilai bisa membuka peluang tambahan ekspor ke Eropa.
“Kami mengharapkan adanya fasilitas dari Indonesia EU-CEPA yang bisa menaikkan sedikit ekspor ke Eropa,” imbuhnya.
Tarif Tinggi Bisa Picu PHK
Lebih lanjut, Eddy menyampaikan kekhawatiran jika tarif resiprokal dari Indonesia ke AS tetap tinggi, yakni 32%, maka beban balasan dari AS akan kian berat bagi industri alas kaki dalam negeri.
“Memang kalau ordernya tidak ada, terpaksa harus pemutusan hubungan kerja (PHK) ya!,” tutupnya.
Industri alas kaki kini menanti kepastian arah kebijakan dagang antara Indonesia dan AS, sekaligus berharap terobosan dari perundingan dengan Uni Eropa.
Tanpa itu, risiko kontraksi usaha dan ancaman PHK di sektor padat karya ini tak bisa dihindari.
Selanjutnya: Optimalkan Tumbuh Kembang, Alfamidi Dorong Keluarga Menjaga Pencernaan Balita
Menarik Dibaca: Optimalkan Tumbuh Kembang, Alfamidi Dorong Keluarga Menjaga Pencernaan Balita
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News